Silat Beksi Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Kota Tangerang, Begini Sejarahnya
Sejarah Beksi
Silat Beksi merupakan aliran silat khas Betawi yang pertama kali dikembangkan di daerah Kampung Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang oleh seorang petani peranakan Tionghoa, Lie Tjeng Hok.
Beksi merupakan gabungan dari jurus yang dipelajari Lie Tjeng Hok dengan kedua orang pribumi bernama Ki Jidan atau Kumpi Jidan dan Ki Miah atau Kumpi Maimah.
Silat Beksi adalah bentuk nyata akulturasi budaya Cina dan Betawi, meski gerakannya lebih condong ke Betawi. Sebab, lebih banyak mengadaptasi gerakan dari budaya Indonesia.
Penyebaran Silat Beksi dimulai ketika Lie Tjeng Hok mengajarkan ilmu bela diri tersebut kepada murid-muridnya, dari peranakan Tionghoa maupun kaum Betawi pesisir di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Dadap berkisar pada tahun 1885-an.
Salah seorang murid pribuminya yang paling berbakat adalah Ki Muharli (Marhali). Kemudian, Ki Muharli mempunyai murid peranakan Betawi bernama H. Gozali (Godjalih) bin H. Gatong, yang kemudian mengajarkan ilmunya pada murid-muridnya di Petukangan, Jakarta Selatan, serta di Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang.
Murid-murid utama H. Gozali antara lain Kong H. Hasbullah bin Misin, Kong M. Nur, Kong Simin, dan Kong Mandor Minggu yang juga berguru pada Ki Muharli.
Dari situ kemudian Silat Beksi semakin menyebar ke berbagai tempat lainnya dan semakin menjamur, utamanya di daerah Batuceper, Kota Tangerang yang terkenal dengan Kampung Beksi.
Asal Usul Nama Beksi
Ilmu bela diri ini awalnya bernama Bhe Si, yang dalam bahasa Hokkian berarti 'kuda-kuda'.
Kemudian, karena kebiasaan dan pelafalan masyarakat Betawi, lama-kelamaan berubah nama menjadi Beksi.
Beksi mempunyai makna Bek berarti pertahanan dan si memiliki arti empat (penjuru mata angin).
Silat Beksi memiliki ciri gerakan yang terkenal cepat dan banyak menggunakan permainan tangan, terutama pada bentuk pukulannya.
Pesilat Beksi sering menggunakan pukulan dengan telapak tangan yang mengepal dan menghadap ke atas.
Selain itu, yang membuat seni bela diri Beksi ini berbeda adalah kekuatan hentakan kaki, sikut, dan cengkraman.
Jadi Ekstrakulikuler
Silat Beksi telah
menjadi salah satu pelajaran ekstrakulikuler untuk tingkat SD, SMP, dan SMA,
khususnya di daerah Jakarta dan Tangerang. Dengan demikian hubungan sosial yang
erat dengan etnis Tionghoa sejak dulu telah terjalin erat melalui cikal-bakal jurus
Silat Beksi.
sumber;http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/42974/Silat-Beksi-Ditetapkan-Jadi-Warisan-Budaya-Kota-Tangerang-Begini-Sejarahnya
Belum ada Komentar untuk "Silat Beksi Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Kota Tangerang, Begini Sejarahnya"
Posting Komentar